Point 4: Ojo ngeroso biso, tapi biso~o ngeroso
OPINI | 06 November 2013 | 12:36
Perubahan rasa
perubahan rasa inilah yang menyebabkan “rasa nikmat” atau rasa “derita”. Rasa derita sebelumnya hanyalah
sebuah rasa yang timbul ketika “tiada nikmat” atau “pengingkaran nikmat” atas perubahan yang terjadi
seorang yang kehilangan sepuluh juta rupiah, akan merasakan derita yang luar biasa ketika mengingkari “nikmat”
atas kehilangan uang itu, namun bisa jadi justru menimbulkan rasa bahagia yang luar biasa ketika
ada persepsi bahwa merelakan itu adalah bagian dari “penyucian dosa” atau penyucian jiwa
rasa sakit yang merupakan kehilangan rasa sehat, rasa miskin yang merupakan kehilangan rasa memiliki
atau rasa apapun, ketika kita berada di rasa itu, sebetulnya tidak akanmenimbulkan efek
yang menimbulkan efek ini adalah dimana kesadaran kita hadapkan, yaitu dihadapkan kepada sesuatu
atau secara sederhananya ketika ada pembanding. Yaitu membandingkan keadaan rasa saat ini
dengan keadaan rasa sebelumnya
Kalau keadaan rasa saat ini positif dan sebelumnya negatif maka akan nikmat, dan juga sebaliknya
ketika rasa yang ada saat ini negatif dan sebelumnya positif maka akan timbul derita.
Proses menghadapkan rasa inilah yang sering menjerat manusia ke dalam “derita”, yaitu proses mengandaikan
proses membayangkan, proses mengkhayalkan kejadian-kejadian yang belum terjadi dan kemungkinan terjadi
ketika membayangkan kemungkinan rugi atau diecat dari pekerjaan. Kondisi saat ini positif dan telah membayangkan
rasa rugi atau dipecat ini yang negatif maka kita akan merasakan derita di saat ini, rasa was-was, rasa khawatir
atas sesuatu yang belum terjadi
Membayangkan anak sakit, membayangkan masalah yang akan dihadapi, membayangkan kesulitan, membayangkan
kebuntuan hidup, membayangkan beratnya alan yang harus dilalaui, membayangkan apa saja yang negatif
maka seolah jiwa telah merasakan “siksa” atau “derita” atau “neraka” walaupun semua hal itu belum terjadi.
namun rasa yang ada adalah sebuah realitas yang sudah harus dihadapi saat ini. Karena perubahan dalam sekian detik
di alam jiwa dari positif ke negatif telah menimbulkan residu negatif dan rasa yang dialaminya adalah derita
maka berhati-hatilah dalam menghadapkan kesadaran (membayangkan/mengkhayalkan/mengangankan dsb).
Point4: Gunakan rasa, rasakan diri sendiri, rasakan alam, dan rasakan semuanya
gunakan semua indera perasa untuk merasakan seluruh gerak alam
perubahan rasa inilah yang menyebabkan “rasa nikmat” atau rasa “derita”. Rasa derita sebelumnya hanyalah
sebuah rasa yang timbul ketika “tiada nikmat” atau “pengingkaran nikmat” atas perubahan yang terjadi
seorang yang kehilangan sepuluh juta rupiah, akan merasakan derita yang luar biasa ketika mengingkari “nikmat”
atas kehilangan uang itu, namun bisa jadi justru menimbulkan rasa bahagia yang luar biasa ketika
ada persepsi bahwa merelakan itu adalah bagian dari “penyucian dosa” atau penyucian jiwa
rasa sakit yang merupakan kehilangan rasa sehat, rasa miskin yang merupakan kehilangan rasa memiliki
atau rasa apapun, ketika kita berada di rasa itu, sebetulnya tidak akanmenimbulkan efek
yang menimbulkan efek ini adalah dimana kesadaran kita hadapkan, yaitu dihadapkan kepada sesuatu
atau secara sederhananya ketika ada pembanding. Yaitu membandingkan keadaan rasa saat ini
dengan keadaan rasa sebelumnya
Kalau keadaan rasa saat ini positif dan sebelumnya negatif maka akan nikmat, dan juga sebaliknya
ketika rasa yang ada saat ini negatif dan sebelumnya positif maka akan timbul derita.
Proses menghadapkan rasa inilah yang sering menjerat manusia ke dalam “derita”, yaitu proses mengandaikan
proses membayangkan, proses mengkhayalkan kejadian-kejadian yang belum terjadi dan kemungkinan terjadi
ketika membayangkan kemungkinan rugi atau diecat dari pekerjaan. Kondisi saat ini positif dan telah membayangkan
rasa rugi atau dipecat ini yang negatif maka kita akan merasakan derita di saat ini, rasa was-was, rasa khawatir
atas sesuatu yang belum terjadi
Membayangkan anak sakit, membayangkan masalah yang akan dihadapi, membayangkan kesulitan, membayangkan
kebuntuan hidup, membayangkan beratnya alan yang harus dilalaui, membayangkan apa saja yang negatif
maka seolah jiwa telah merasakan “siksa” atau “derita” atau “neraka” walaupun semua hal itu belum terjadi.
namun rasa yang ada adalah sebuah realitas yang sudah harus dihadapi saat ini. Karena perubahan dalam sekian detik
di alam jiwa dari positif ke negatif telah menimbulkan residu negatif dan rasa yang dialaminya adalah derita
maka berhati-hatilah dalam menghadapkan kesadaran (membayangkan/mengkhayalkan/mengangankan dsb).
Point4: Gunakan rasa, rasakan diri sendiri, rasakan alam, dan rasakan semuanya
gunakan semua indera perasa untuk merasakan seluruh gerak alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar