Senin, 19 Januari 2015

Kekufuran

Tiang kekufuran ada empat :

sombong, dengki, amarah, dan syahwat.

💎 Sombong akan menghalangi seseorang dari ketundukan.

💎 Dengki akan menghalangi seseorang dari kesediaan untuk menerima nasihat dan memberikan nasihat.

💎 Amarah menghalangi diri untuk bersikap adil.

💎 Sementara syahwat akan menghalangi jiwa untuk mencurahkan waktu dalam rangka ibadah.

👌 Jika tiang kesombongan itu runtuh, dia akan mudah untuk melakukan ketundukan (kepada Allah).

👌 Jika tiang kedengkian itu tumbang, dia akan mudah untuk menerima nasihat dan memberikan nasehat.

👌 Jika tiang amarah itu roboh, dia akan mudah untuk bersikap adil dan tawadhu.

👌 Jika tiang syahwat itu jatuh, dia akan mudah untuk bersikap sabar, menjaga kehormatan diri, dan beribadah.

Memindahkan gunung dari tempatnya,  lebih mudah dibandingkan melenyapkan keempat hal ini dari diri orang yang telah terjangkiti empat penyakit itu.

(Al-Fawaid, karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah)

Teladan Nabi


"Sang Nabi ﷺ"

Apakah kita mengenal Nabi Muhammad tauladan kita?

Sekenal apa kita pada Sang #Nabi ﷺ? Mohon izin merangkum beberapa sifat beliau dari hadits-hadits dalam Asy Syamail karya Imam At Tirmidzi:

1. Perawakan Sang #Nabi ﷺ tidak tinggi, tidak pendek. Rambutnya tidak keriting, tak pula lurus. Wajah beliau tak bulat, bukan pula persegi.

2. Kulit Sang #Nabi ﷺ cerah, putih kemerah-merahan. Rambutnya disisir ketika sebahu, digerai ketika sepapak daun telinga. Dahi beliau lebar.

3. Alis Sang #Nabi ﷺ melengkung panjang, tebal, & nyaris bertaut di tengah. Di antara keduanya terdapat urat yang memerah kala beliau marah.

4. Bola mata Sang #Nabi ﷺ indah & hitam, bulu matanya lentik menawan. Hidungnya mancung, bagian atasnya memancar cahaya. Dua pipinya datar.

5. Janggut Sang #Nabi ﷺ menggaris dari depan telinga, menebal menuju dagu. Mulutnya
lebar, gigi-giginya besar, dari selanya memancar cahaya.

6. Dari bawah janggut Sang #Nabi ﷺ menggalur ke bawah bebulu halus, lewat leher, melebat di dada, melajur bagai tongkat hingga ke pusarnya.

7. Leher Sang #Nabi ﷺ jenjang & indah. Perut beliau sama rata dengan dadanya nan bidang. Jarak antara kedua bahu lebar. Persendiannya kokoh.

8. Lengan Sang #Nabi ﷺ panjang, tapak tangan lebar & tebal, jemarinya ramping. Telapak kaki beliau cekung, halus hingga airpun tak menempel.

9. Sang #Nabi ﷺ berjalan dengan langkah kaki lebar, begitu langsam seolah menuruni bukit, tubuh beliau ikut berguncang anggun tiap langkah.

10. Bila menoleh, #Sang Nabi ﷺ berbalik dengan seluruh badan, lebih sering menunduk dibanding mendangak, melihat dengan sepenuh perhatian.

11. Dulu #Nabi ﷺ suka menyisir rambut ke belakang mirip Ahli Kitab. Saat nyata keingkaran mereka, beliau selisihi dengan menyisir belahnya.

12. Sang #Nabi ﷺ suka meminyaki rambutnya. Kata Anas, uban beliau nan kurang dari 20
helai jadi tersamar. Beliau gemar merapikan janggutnya.

13. Sang #Nabi ﷺ menyukai celak itsmid yang beliau gunakan menjelang tidurnya. Tiga kali untuk kanan & kiri; sejuk & menumbuhkan bulu mata.

14. Di antara pakaian kesukaan Sang #Nabi ﷺ adalah gamis yang putih, hibarah merah buatan Yaman, & baju sampir 2 helai warna hijau & hitam.

15. Sang #Nabi ﷺ berminyak wangi di seluruh tubuhnya. Istri beliau mengoleskan di sekujur badan, lalu beliau sendiri harumkan bagian ‘aurat.

16. Jari manis Sang #Nabi ﷺ dilingkari cincin perak bermata batu hitam Habasyah, ditulisi “Muhammad Rasul Allah”; dilepas jika ke Peturasan.

17. Sang #Nabi ﷺ menyimpan selalu selimut Khadijah; kenangan menenangkan saat beliau terguncang wahyu pertama, & di dalamnya beliau diseru.

18. Sang #Nabi ﷺ gesit berolahraga lari. Kadang bersama istri. Kadang anak-anak kecil; beliau lombakan siapa dulu yang mampu tangkap beliau.

19. #Nabi ﷺ suka minum susu dari wadah yang sama dengan istrinya, ditepatkan di bekas bibirnya. Anggur, zaitun, & buah lain; segigit berdua.

20. Tidur Sang #Nabi ﷺ tidak tengkurap. Jika miring berbantal tapak tangan, kaki disilang. Jika telentang, kaki kanan diletak di atas kiri.

21. Kadang dalam renung khusyu’, Sang #Nabi ﷺ duduk dengan 1 lutut diangkat menempel perut. Suka bersandar bantal, tapi bukan di saat makan.

22. #Nabi ﷺ suka mandi bersama & bercanda bermain air dengan istri-istrinya, bahkan pada Saudah nan tua. Usia tak menghalangi kemesraan itu.

23. Penutup kepala kesayangan #Nabi ﷺ ialah surban hitam, dikenakan dengan ujung menjatuh di pundak. Sandalnya bertali dua dari kulit hewan.

24. Makanan kesukaan #Nabi ﷺ -yang jarang beliau nikmati- adalah paha kambing. Camilannya hais; campuran kurma rendam, kismis, & susu masam.

25. #Nabi ﷺ yang penuh cinta memberi nama bebarang miliknya; dari perkakas rumah-tangga, bejana, gelas, kuda, unta, keledai, pedang, tombak.

26. #Nabi ﷺ makan roti dari tepung utuh tak diayak (dulu dianggap rendah; kini sehat berserat), lauknya garam, minyak zaitun, cuka, & labu.

27. #Nabi ﷺ tak pernah mencela makanan. Jika menyukainya, beliau memakannya penuh syukur. Jika tidak suka, beliau cukup diam tanpa komentar.

28. #Nabi ﷺ mengerjakan sendiri segala urusan rumahtangga yang beliau bisa; menambal baju sobek, menjahit sandal rusak, hingga memerah susu.

29. #Nabi ﷺ amat suka bersiwak bersih gigi; saat hendak shalat, hendak tilawah, hendak menemui tamu/sahabat, juga tiap kali menjumpai istri.

30. #Nabi ﷺ tak pernah jijik pada istri yang sedang haidh (seperti kebiasaan Arab & Yahudi); beliau tetap bermesra, hanya menghindari jima’.

31. Saat ‘Aisyah haidh, #Nabi ﷺ bersandar di pangkuannya sambil tilawah; atau meletakkan kepala di antara kaki ‘Aisyah, tidur dalam hangat.

32. Bahkan tuk shalat malam, #Nabi ﷺ minta izin pada istri nan lagi bersama di ranjang; “Apa kau ridha jika malam ini aku menghadap Rabbku?

33. Karena sempitnya kamar #Nabi ﷺ, tahajjud beliau menghadap ‘Aisyah berbaring. Jika hendak sujud, diisyarati kaki sang istri agar ditekuk.

34. Sang #Nabi ﷺ amatlah pemalu, lebih tersipu dibanding gadis dalam pingitannya. Tak pernah terbahak, hanya senyum tulusnya semanis madu.

35. Sang #Nabi ﷺ tak suka diistimewakan. Jika berbagi peran di perjalanan beliau selalu mencari peluang berkontribusi; hatta menyiapkan api.

36. Jika dihadapkan pada pilihan, Sang #Nabi ﷺ selalu mengambil hal yang ringan & mudah; selama ia tak jatuh pada apa yang dilarang Allah.

37. “Tak pernah kulihat”, kata Anas, “#Nabi ﷺ marah atau membalas laku buruk atas diri beliau. Beliau marah jika Allah & agamaNya dinista.”

38. “Pernah 3 x hilal berlalu”, ujar ‘Aisyah, “Tiada nyala api di rumah kami.” Apa penyambung hidup #Nabi ﷺ?, tanya ‘Urwah. “Kurma & air .”

39. Kelembutan Sang #Nabi ﷺ tak terhalangi & tak menghalangi ibadahnya. Umamah binti Abil ‘Ash, sang cucu, sering digendong dalam shalatnya.

40. Al Husain naik ke punggung #Nabi ﷺ saat sujud. Beliau tak bangkit hingga Al Husain puas bermain. Nanti, beliau minta maaf pada hadirin.

41. Saat para cucu jadikan #Nabi ﷺ kuda-kudaan, merangkak kian-kemari, kata Abu Hurairah, “Tunggangan kalian paling mulia di langit & bumi”.

42. #Nabi ﷺ lalu tersenyum bersabda, "Pun penunggangnya, adalah yang terbaik." Ya Allah, curahi kami rahmatMu tuk kelak bersamanya di surga.

Shalat Subuh


Dr. Mohammad Reza Saidi,spesialis jantung dan kepala Bagian Bedah rumah sakit Esfahan mengatakan:

Tahukah Anda alasan kenapa salat Subuh begitu ditekankan?

Kekentalan darah akan meningkat saat kita tidur , semakin mengental saat menjelang waktu subuh dan mencapai puncaknya saat menjelang azan. Mereka yang bangun dan berwudu,kekentalan darah mereka akan sedikit menurun dan menjadi seimbang serta normal sepenuhnya saat mrk melakukan salat. Bukan tanpa alasan jika Allah disebut 'lebih penyayang daripada ibu.'

Mereka yg mengenal yoga,senam penenang dan energi penyembuh, tahu bahwa cakra2 adalah titik2 keluar masuknya energi ke tubuh manusia.

Jika dicermati,saat wudu,hanya kaki yg diusap dgn air dari bawah ke atas. Anda mengusap dari ujung jempol kaki ke arah bagian atas kaki. Kenapa? Karena mengusap kaki adalah satu2nya tempat mengembalikan energi positif ke dalam tubuh. Tiap tahap wudu berkaitan dgn cakra tubuh kita.

Kita mengeluarkan energi negatif dari semua cakra dgn air yg merupakan sumber kebersihan dan kesucian dlm tiap tahap wudu,dan dalam tahap akhir, kita memasukkan energi positif.

Rabu, 07 Januari 2015

Al Fatehah

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه

"ALLAH MENJAWAB AL-FATIHAH KITA"

Banyak sekali orang yang cara membacanya tegesa-gesa tanpa spasi, dan seakan-akan ingin cepat menyelesaikan shalatnya. Padahal di saat kita selesai membaca satu ayat dari surah Al-Fatihah tersebut, ALLAH menjawab setiap ucapan kita.

Dalam Sebuah Hadits Qudsi Allah Subhanahu Wata'ala ber-Firman:

"Aku membagi shalat menjadi dua bagian, untuk Aku dan untuk Hamba-Ku."

■ Artinya, tiga ayat di atas Iyyaka Na'budu Wa iyyaka nasta'in adalah Hak Allah, dan tiga ayat kebawahnya adalah urusan Hamba-Nya.

■ Ketika Kita mengucapkan "AlhamdulillahiRabbil 'alamin". Allah menjawab: "Hamba-Ku telah memuji-Ku."

■ Ketika kita mengucapkan "Ar-Rahmanir-Rahim", Allah menjawab: "Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku."

■ Ketika kita mengucapkan "Maliki yaumiddin", Allah menjawab: "Hamba-Ku memuja-Ku."

■ Ketika kita mengucapkan “Iyyaka na’ budu wa iyyaka nasta’in”, Allah menjawab: “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku.”

■ Ketika kita mengucapkan “Ihdinash shiratal mustaqiim, Shiratalladzinaan’amta alaihim ghairil maghdhubi alaihim waladdhooliin.” Allah menjawab: “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku. Akan Ku penuhi yang ia minta.” (HR. Muslim dan At-Tirmidzi)

■ Berhentilah sejenak setelah membaca setiap satu ayat. Rasakanlah jawaban indah dari Allah karena Allah sedang menjawab ucapan kita.

■ Selanjutnya kita ucapkan "Aamiin" dengan ucapan yang lembut, sebab Malaikat pun sedang mengucapkan hal yang sama dengan kita.

■ Barangsiapa yang ucapan “Aamiin-nya” bersamaan dengan para Malaikat, maka Allah akan memberikan Ampunan kepada-Nya.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud)

Sahabat jika Artikel Ini bermanfaat silahkan dibagikan , sampaikan walau satu ayat

Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam; "Siapa yang menyampaikan satu ilmu dan orang membaca mengamalkannya maka dia akan beroleh pahala walaupun sudah tiada."
(HR. Muslim)

Senin, 05 Januari 2015

Indikator Kebahagiaan

TUJUH INDIKATOR KEBAHAGIAAN HIDUP DI DUNIA

Ibnu Abbas RA menjelaskan, ada 7 indikator kebahagiaan hidup di dunia,
yaitu :

1) Qolbun Syakirun, atau hati yang selalu bersyukur, artinya selalu menerima apa adanya (qona'ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur.

2) Al-Azwaju Shalihah, yaitu pasangan hidup yang shaleh / shalihah, pasangan hidup yang shaleh / shalihah akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sakinah.

3) Al-Auladul Abrar, yaitu anak yang shaleh / shalihah. Do'a anak yg shaleh / shalihah kepada orang tuanya dijamin dikabulkan ALLAH, berbahagialah orang tua yang memiliki anak sholeh / solehah.

4) Al-Biatu Sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita. Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang shaleh yang selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan bila kita salah.

5) Al-Malul Halal, atau harta yang halal, bukan banyaknya harta tapi halalnya harta yang dimiliki. Harta yang halal akan menjauhkan setan dari hati. Hati menjadi bersih, suci dan kokoh sehingga memberi ketenangan dalam hidup.

6) Tafakuh Fid-Dien, atau semangat untuk memahami agama,  dengan belajar ilmu agama, akan semakin cinta kepada agama dan semakin tinggi cintanya kepada ALLAH dan Rasul-NYA. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.

7) Umur yang barokah,  artinya umur yang semakin tua semakin shaleh, setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Semakin tua semakin rindu untuk bertemu dengan Sang Pencipta. Inilah semangat hidup orang-orang yang barokah umurnya.

Kamis, 01 Januari 2015

Tentukan Jalan dan Berlarilah

Tentukan Jalan dan Berlarilah

OPINI | 02 October 2013 | 17:10
“What is the use of running when we are not in the right road?” - German Proverb


Sebuah ungkapan sederhana agar kita mampu mencari jalan yang tepat dahulu, sebelum akhirnya berlari kencang. Tentu kita pernah membaca atau pernah mendengar kisah petualangan, para pendekar yang mengembara dan membela kebenaran, menolong yang lemah dan menegakkan keadilan, mereka berusaha untuk tetap menempuh “jalan kebenaran”
demikian pula pernah membaca kisah dari negeri sakura, para samurai yang berjuang untuk tetap di “jalan pedang”,

sebuah jalan kehidupan bagi mereka, kisah perjuangan yang berisi riwayat dan hikayat, semangat jiwa, semangat pengorbanan, cinta kasih, melintasi badai kesulitan, menempuh penderitaan, tempaan dan gemblengan yang mereka alami bukanlah sebuah pemainan, namun sebuah jalan mendaki dan sulit, penuh cucuran keringat dan bahkan tetesan darah, duka, derita, nestapa, kesulitan, masalah dalam kehidupan,
seorang gemblengan adalah seorang yang telah mampu mengenal diri sendiri seutuhnya, semua kelemahan dan kelebihannya, memahami jati dirinya, memahami keberadaannya, lalu langkah atau tahap berikutnya, mampu mengenal alam sekitarnya, mampu membaca alam yang meliputinya,menjadi bagian dari alam, menyatu dalam alam dan kehidupannya. Seorang yang mampu mengerti ini, akan mulai mampu menentukan jalan hidup, misalnya bagi seorang samurai dalam contoh diatas, adalah jalan pedang, jalan hidupnya, jalan kehidupannya, takdirnya. Apakah ” jalan ” itu, mengapa mereka begitu kuat dan teguh menempuh jalan ini
jalan yang begitu berat, jalan yang begitu penuh penderitaan, apa yang mereka cari.
Jalan dalam bahasa Cina disebut dengan “Tao” dan dalam bahasa Jepang disebut “Do”. Bagaimana caranya menemukan jalan?.
Jalan dapat ditemukan dengan meniru, mencari, dan menemukan. Tetapi jika memodifikasi dan mencampurnya dengan elemen diri, dan jadilah jalan kreasi kita. Itulan jalan. Jalan panjang telah dilaluinya, jalan kehidupan yang terjal, mendaki dan sulit. Jalan mencapai posisi dan keadaan saat ini.
Sebuah langkah awal yang terasa berat dan menyiksa.
Namun perjalanan panjang telah membuktikan, jalan panjang itu akan mampu mudah dilalui ketika ada sebuah “tujuan hidup”.
Mencari makna kehidupan dalam setiap hal,
Sebuah perjalanan yang seolah fiksi, seperti fantasi,
seperti mimpi tetapi penuh realitas kehidupan.
Sebuah getar yang digetarkan ternyata mampu
menguak rahasia alam yang luar biasa,
beraneka ragam keindahan, beraneka ragam keanehan.
Sulit dimengerti. Luar biasa. Takjub dan mempesona.
Hanya kesadaran yang mampu membaca,
hanya kesadaran yang mampu melihat keindahan demi keindahan,
keajaiban demi keajaiban.
Jalan panjang kehidupan ini yang awalnya begitu sulit mampu dilalui
akan dilalui dengan sederhana ketika ada rasa “cinta”.
Jalan cinta untuk mengamati kehidupan ini yaitu dunia (realitas hidup),
menjadi sebuah realitas (mimpi dan kenyataan).
mewujudkan harapan tidaklah mudah
mewujudkan impian memerlukan kekuatan dan energy yang luar biasa
maka bersiaplah untuk menghimpun kekuatan
bersiaplah mengumpulkan energy
membangun mimpi menjadi sebuah kenyataan
mewujudkan alam dimensi 4 menjadi nyata di dimensi 3 kita
Bersyukurlah, bahwa dimensi waktu telah dipercepat
waktu yang diperlukan orang dahulu mewujudkan mimpi sangat lama
maka dalam kurun waktu sekarang akan menjadi sangat cepat (relatif cepat)
namun juga berhati-hatilah
karena apa yang ada dalam bathin para ksatria juga akan mewujud ke dimensi 3 kita ini
walaupun mungkin bentuknya tak serupa, tetapi realitasnya mewujud
maka dunia inipun akan lebih ramai
dengan beraneka tingkah laku “manusia”
yang tidak lumrah di jaman dahulu
Mari kita yakini jalan hidup kita dahulu,
selanjutnya setelah yakin itulah jalan yang benar
maka larilah dengan sekuat kemampuan kita mencapai garis finishnya


tak ada gunanya berlari kencang, bila kita berada di jalur yang salah
karena tak akan sampi di tempat tujuan.

Melangkah

Melangkah

OPINI | 02 October 2013 | 17:21

Kalau esok adalah tujuan
kalau harapan adalah suatu yang akan dilakukan
maka niat adalah suatu keharusan
melangkah meninggalkan tapak-tapak lalu
tapak-tapak kemarin
tapak-tapak kenangan
tapak-tapak masa lalu
memandang ke depan
penuh keyakinan
dengan semangat di dada
dengan keimanan yang menggelora
kita punya Tuhan
kita bersamaNya
kita ada di diriNya
dalam dekapan
dalam pelukan
bisikan
elusan
rengkuhan
kepastian
keyakinan
keimanan
maka mari kita
bergegas
berlari menjemputNya
dalam setiap langkah
setiap amal
setiap kali jantung berdenyut
setiap kali hati berdesir
dalam sebutan namaNya
Tuhanku Yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang
dari hal termudah sampai yang tersulit
dari hal paling sederhana sampai paling rumit
mulai dari senyum lembut yang terkuak
sampai teriakan penuh semangat menggelora
dari langkah kecil perlahan
sampai berlari penuh kekuatan
dari keluhan ringan sampai tangisan penuh cinta
apapun itu, semuanya


Jikalau hari akhir adalah tujuan
kematian pasti datangnya
masihkah ada tanya?
masihkah ada ragu?
dimanakah nanti berada
apakah ada bimbang?
kemana kaki akan melangkah
dimana langkah harus ditapakkan
kemanapun mata memandang
disitu ada jawaban
kemanapun kaki melangkah
disitu ada jawaban
apapun suara yang terdengar
disitu ada jawaban
kemanapun jauhnya fikiran melambung
akan sampai pada satu jawaban
kepastian tentang pertemuan
dengan pemilik sebenarnya alam ini


Maka sucikanlah Tuhan
sujudkan kesadaran kita
dengan berendah diri
menyembah di sepanjang sajadah
yang luasnya membentang
ke seluruh alam semesta ini
dalam setiap waktu yang melewatinya
dengan keimanan yang menghujam bumi
akarnya menembus jauh ke inti bumi
dahannya menjulang menembus ke batas langit
daunnya merimbun melindungi hati
menghasil buah manis akhlak sehari-hari
melakukan segala sesuatu karena Allah
untuk Allah, disini, di saat ini, apapun itu
ketika menarik nafas
menyapu lantai
membersihkan debu
tersenyum
menyapa
berteman
bekerja
apapun itu, semuanya
tak ada satu hal yang kecil
dan tak ada hal yang besar


ketika melakukan itu untuk Allah
kepada Allah
demi Allah


sebagaimana doa kita setiap hari

Sesungguhnya
sholatku
hidupku
dan matiku
hanya untukMu Ya Allah
Tuhan seluruh Alam semesta ini.

luruh dalam istighfar

luruh dalam istighfar

OPINI | 02 October 2013 | 17:06
Duh Tuhanku…
dalam istighfar aku mendatangimu
aku datang dari depan, dari belakang, dari atas dan dari belkang
aku datang dari yang lampau dan dari yang akan datang
aku yang ada dan aku yang tiada
aku yang mengerti dan aku yang tak tahu apapun
aku yang sadar dan aku yang tak sadar
aku yang merasakan dan tak merasakan apapun
aku yang penuh pengharapan dan aku yang tak menginginkan apapun

Duh Tuhanku
begitu berat aku mengenalMu
kutanyakan ke segenap penjuru
adakah yang mengertiMu, seolah mereka semua begitu dekat dan mengenalMu
sepertinya mereka semua mengaku dan menjadi juru bicaraMu
namun adakah yang benar telah bertemu denganMu
adakah yang mengenal tempatMu
adakah yang mengerti sifatMu
adakah yang menyadari sebenar kenyataanMu
sedang semuanya dalam “prasangka” belaka

dan itupun aku…semua ada dalam prasangkaku
semua dalam persepsi dan keyakinanku
benar salah, baik buruk, derita bahagia
ada dalam keyakinan semata
ada dalam diri sang aku
ketika sang aku berkata
dan sang aku yang mengaku

Duh Gustiku
tiada henti aku menyapaMu
ternyata aku tetap saja selalu sendiri
aku tetap saja tak tahu tentang diriMu
yang ada adalah catatan-catatan harianku
pelajaran demi pelajaran yang kubaca
kupelajari, kudengar dan kuyakini
tetap saja aku tak mampu mengenalMu
dan akalku tetap selalu bertanya
dan jiwaku selalu ingin merasakan
dan rasa itu selalu silih berganti
yang semakin naik turun bagai gelombang tsunami
..
dan aku mengerti sang aku
aku mengerti sang jiwaku
aku mengerti sang ruhku
aku tahu karena aku tahu
aku sadar karena aku menyadari
saat aku tahu
dan saat aku sadar
ketika ada kesadaran yang meliputiku
ketika ada pengetahuan yang menguasaiku
dan kesadaran itu bukan milikku
dan penmgetahuan itu bukan punyaku
maka tak layaklah aku mengaku-aku
..
Duh Gusti kang Murbeng Dumadi
aku hanya mampu berserah diri
perjalankan aku menurut rencanaMu
yang aku tak tahu dimana akhirnya
beri aku kekuatan untuk melakukannya
karena kekuatan itu hanya milikMu
beri aku kesabaran untuk menjalaninya
karena jalan itu tak sanggup kulakukan
beri api semangat yang membara untuk mewujudkan
dalam kesungguhan kemampuan yang Kau berikan
dalam segala keterbatasan yang kumiliki
karena hanya itulah yang mampu kulakukan

Duh Gustiku
aku tak mampu merubah apapun
bila itu tak Kau kehendaki
aku tak bisa mewujudkan apapun
bila itu tak Kau jadikan
Engkau lebih tahu yang terbaik
dan Engkau mengerti apa yang Kau inginkan
dan Engkau perlakukan apapun sesuai yang Kau kehendaki
sekalipun aku menentang dan menolakMu, apa artinya
sekalipun aku ingin mengabarkan ke semuanya ini, apa gunanya
sekalipun aku ingin membongkar langit dan mengaduk lautan
apakah mungkin?
selain hanya akan menambah kerusakan di muka bumi ini saja

maka Tuhanku
biar kututup mataku
agar bisa kugunakan mataMu untuk melihat
biar kututup tangan dan kakiku
agar kugunakan kaki dan tangan ini menjadi alatMu
biar kubuka hatiku
agar bisa kuisi dengan rencana-rencanaMu
..
karena aku telah tak ada di saat ini
aku ada di masa lampau dan masa datang
yang ada adalah jiwa telah kuserahkan kepadaMu

aku tidak bisa memberika apapun kepadaMu
karena Engkaulah pemilik segalanya
setidaknya aku memberikan rasa syukurku
dan aku selalu mengingatMu setiap sadarku
dan selalu memohon ampunanMu
atas kesombongan, kesalahan dan kelemahan diriku
dan sungguh Engkau lebih mengerti itu
dibanding diriku sendiri
kuserahkan diriku dalam kasih dan sayangMu
berikanlah rahmat untukku
untuk semua  saudaraku
dan untuk semua mereka yang Kau kasihi disini

Sekilas Jalan Pulang

Sekilas Jalan Pulang

REP | 02 September 2013 | 07:52

Aku hanya melantunkan kidung
Kidung yang kudengar dari alam…
Kadang kudengar tangisan alam
Kudengar keluhan atas sikap manusia kepadanya..


Sadarkan manusia telah menyakitinya
Alam semesta adalah makhluk juga
Hanya kita tak mendengar suara mereka
Tak mendengar tasbih mereka
Tak mendengar pujian atau keluhan mereka
Atau tepatnya tak memperdulikan mereka


Pernahkah kita perduli dan terusik
Saat binatang dibantai dan disiksa
Saat alam dihancurkan dan dinodai
Bahkan sesama manusia dibantai
Tak meninggalkan rasa sedikitpun
Hanya karena mereka berbeda cara
Berbeda cara menyembah Tuhan


Bukan kita yang memberi petunjuk (hidayah).
Tetapi tugas sang pencipta yang memberi hidayah…
Kita hanya mengabarkan…
Kita hanya memberi contoh
Memberi suri tauladan..
Menerapkan jalan Tuhan
Yaitu budi pekerti dan akhlak mulia
Kepada diri sendiri dan sesama
Dan juga alam semesta


Sedangkan semua syariat dan ibadah
Adalah cara atau metode atau latihan
Atau langkah hidup kita untuk
Mendapatkan jalan lurus untuk kembali
Maka hanya bersyukur
Dan berusaha sepenuh keyakinan
Bahwa itulah jalan terbaik
Jalan pulang..jalan kembali sang nafas..
Dalam setiap gerak nafas… dalam kesadaran seperti proses tidur..


Tidur adalah pulang…
Tidur memang tidak ada rasa apapun..
Namun saat sadar atau bangun terasa nikmatnya tidur..
Tapi bila ditanya tak ada yang bisa menjelaskan seperti apa rasanya…
Namun bila tidak bisa kembali tidur
Maka terasalah semua siksa derita…
Rasanya hanya ingin kembali tidur..
Sadar sekian lama justru sangat menyiksa
Rasanya ingin kembali..
Maka semua jiwa yang sakit rasanya ingin kembali..
Semua yang tersiksa ingin kembali pulang..

(rasanya ingin mati dan hilang)

Maka sang aku yang bertugas mengelola
Hawa sang nafas.. memanage… mengatur… mengkondisikan
Menarik nafas …menahan nafas..
Mengeluarkan sesuai fitrahnya..
Rasakan atau tarik nafas
Lembut.. santun… perlahan..
Nikmati sampai terasa pulang
Ke ujung nafas.. ke ketiadaan… ke kekosongan…

dalam lafadz… la ilaha ilallah.. sampai kosong tiada apa-apa..
Pulang.. kembali ke alam dan dimensi
Yang aku tak tahu..


Lalu nikmati rasakan dan tahan
dalam lafadz muhammadur rasulullah… arahkan sang aku kembali dari ketiadaan..
Menuju alam materi dalam arah sesuai tuntunan Rasulullah..
Sebuah resonansi sang aku dengan Nur Muhammad..
Sebuah pembanding sang nafas dengan ruh al quran..
Merasakan… memahami kondisi nafs
Menuju arah Nur Muhammad
Budi pekerti luhur..akhlakul karimah…
Sebuah pengenalan posisi nafs
Dengan referensi yg sempurna…


Lalu
Keluarkan hawa nafas
Bersama ruh Al Quran
Bisa dengan tasbih..tahmid dan takbir..
Bisa dengan Bismillah..
Astagfirullah.. atau yang lain…
Maka terasalah nikmat kesadaran nafas..
Nikmat ada dan tiada
Nukmat sadar dan tidak sadar
Nikmat tahu dan tidak tahu..
Nikmat adanya nafas
Nikmat adanya sadar
Tarikan nafas menuju rahmat Allah
Mengeluarkan dalam nikmat Allah..
Seolah seperti nikmatnya tidur


Hanya orang yang pernah merasa mengantuk berat yang tahu nikmatnya tidur
Hanya yang pernah merasa ingin pulang benar
Yang merasa nikmatnya mudik
..
Maka semua ini hanya menjadi kabar semata..
Selanjutnya terserah yang sadar…
Semua adalah pilihan..
Terserah mau memilih atau tidak..


Dan sungguh berat bagi yang mengajarkan
Bagi ustadz… penceramah.. pendakwah…
Bila mereka mengajarkan menurut hawa nafsunya..
Bagaimana para pengikutnya..


Sedang aku?…!

Hanya mengidungkan semata..
Mungkin ada yang mau mendengar kidungku..
Sebagian besar atau hampir seluruhnya
Kidungku tak berarti apapun..
Aku bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa..
Kidungku kunyanyikan
Bersama alam pada semua yang mau
Mendengarkan nyanyian alam…


Sebagai pembanding…
Sebagai pembawa kabar gembira
Dan mungkin juga sekedar berita peringatan..


Semoga kidung ini
Tetap mengalun lembut
Di telinga yang mendengarkan
Semoga nenenteramkan jiwa yang mendengar.


Salamku untukmu semua..
Salam sejahtera
Teriring kasih sayang Tuhan ku untukmu semua..


Semoga ini jalan yang benar menuju Tuhan..
Semoga Tuhanku yang kuyakini
Adalah Tuhan yang sebenar Tuhan..
Semoga ini bukanlah ibarat atau fatamorgana..
Bukan pula lautan kira-kira..
Semoga menjadi jalan lurus..
Dan tidak sesat dan buta di hari akhir nanti…


Salam
Kidung Alam

Point 6: Air suci Perwitosari

Point 6: Air suci Perwitosari

OPINI | 08 November 2013 | 12:42
Lingkaran pelajaran: Rahsa

Rasa demi rasa telah dipergilirkan, satu demi satu.
Setiap diri yang ditimpa rasa mengalami badai rasa yang memabukkan.
Akan diulang dan diulang, menjadi sebuah pelajaran.
Agar setiap diri mau kembali. Agar mau kembali kepada Tuhannya.
Agar mau menyadari hakekat keberadaan diri di muka bumi ini.
Catatan ini sebetulnya hanya menceritakan tentang satu hal saja, yaitu: Khusyu’berkisah tentang bermacam-macam rasa,
yang ke semuanya mengarah ke satu hal saja, yaitu Khusyu’.
Apakah khusyu’?. Bisa dijelaskan banyak hal, meliputi banyak sekali,
namun intinya saja:

Yaitu orang yang “meyakini” bertemu Tuhan. Kesadaran sedang berhadapan dengan Tuhan.
Sedang menghadapkan wajah (kesadaran) nya ke “wajah” Tuhan.
Atau disebut dengan Ihsan.

Orang yang khusyu’ adalah orang yang ber-ihsan.
Meyakini pertemuan dengan Tuhan tidak saja nanti
di hari akhir, tetapi juga disini, di saat ini.
Catatan ini menceritakan perbedaan rasa orang yang khusyu’ dan orang yang tidak khusyu’.
Yaitu orang yang silatun kepada Allah dan
orang yang sebaliknya.
Bagaimana mengenali rasanya orang yang silatun dan bagaimana rasanya orang tidak.
Sangat sederhana dan sedemikian sederhananya untuk menjadi tenang, menjadi bahagia, yaitu dengan khusyu’.
Membedakan rasa, ya memang itu saja, yaitu bagaimana membedakan kedua rasa ini.
Pertama tentu saja dengan mengamati dan mengenali.
Maka proses pengenalan menjadi sangat penting.
Semakin mengenal maka akan semakin menguatkan Sang Pembeda.
Akan membangkitkan sang pembeda. Yaitu Bashiroh.
Yaitu sesuatu dalam diri yang mampu membedakan baik dan buruk.
Kemudian meningkatkan kepekaan dan ketajaman rasanya.
Sebetulnya setiap diri kita telah sangat sering mengenal dan sering pula menggunakan, namun biasanya hanya digunakan pada salah satu sisi.
Kita dengan mudahnya mengatakan atau membedakan:
Bahwa saya tidak khusyu’. Namun kita tidak pernah kenal yang khusyu’ itu yang bagaimana.
Kita sering dengan mudah membedakan emosi jiwa dan mengatakan, saya tidak bahagia,
namun kita tidak mengenal seperti apa bahagia itu.
Kita dengan mudah mengatakan atau mengenal saya gelisah dan cemas,
namun sangat sulit mengenal rasa tenang, dan damai.
Kita dengan mudah mengenal rasa marah kecewa dan dendam.
Namun sangat sulit mengenal shabar, tawakal dan maaf.
Begitulah, sangat sering hanya mengenal satu sisi saja.
maka perlu latihan demi latihan untuk meningkatkan kualitas kepekaan sang pembeda
atau kemampuan membedakannya
yaitu dengan membangun kahyangan
maka dengan sendirinya sang pembeda mampu mengenal semua rasa dengan mudah
padahal banyak sisi yang lain juga sering kita rasakan,
misalnya ketenangan, kegembiraan, kebahagiaan, kedamaian, keindahan,
puas, ridho dan ikhlas, namun biasanya rasa-rasa ini hanya melintas sekilas dan lenyap dengan segera
Rasa khusyu’ ini akan membuat semua rasa ini menetap seterusnya dalam jiwa,
setiap ada rasa khusyu’ maka rasa-rasa di atas
akan mampu dimasuki dengan segera,
karena ke semua rasa ini telah menjadi sebuah rasa yang akan siap dimasuki kapan saja kita mau.
Maka proses perjalanan ruhani atau penyucian jiwa ini adalah membangkitkan sang pembeda,
yang akan mengenal segala rasa
lalu akan mudah membedakan mana jalan kebaikan
dan jalan keburukan dan dengan menggunakan daya dari Tuhan
untuk mengikuti jalan kebaikan, ya … dengan daya dorong dari dalam
bukan menggunakan kekuatan diri tetapi menggunakan daya langsung dari ruh (daya hidup)
sehingga proses yang dilakukan adalah merupakan proses alami
selanjutnya semua ritual ibadah akan merupakan kegiatan yang sangat alamiah
seperti halnya makan, minum dan bernafas, yang akan dilakukan secara otomatis dan ringan.
Ketika rasa khusu ini hadir setiap saat, maka ketenangan, kedamaian, kebahagian yang sejati akan menetap
dan berada dalam jiwa terus, rasa yang akan teramati sangat lama.
Selain itu rasa ini akan meningkat sedikit demi sedikit
seumpama candu yang memabukkan
sehingga membetot jiwa untuk kembali merasakan ini
semua agama mengenal tentang air suci dan mensucikan
semua agama menggunakan media air untuk menyucikan jiwa
menyucikan raga dan proses memasuki alam ruhani
Islam juga menceritakan perjalanan nabi Khidir mencari perbatasan dua samudra
juga menceritakan air suci yang ditemukan Siti Hajar
juga menceritakan air yang muncul saat Nabi Isa dilahirkan
serta menceritakan air yang menyembuhkan sakit Nabi Ayub
juga Islam menggunakan air untuk berwudhu untuk mensucikan jiwa
dan menggunakan air zam-zam sebagai media penyucian jiwa
Kisah pewayangan Sang Bima mencari air suci perwitasari
yang berada di pusat samudra menggambarkan proses penyucian jiwa
Menemukan air suci yang menghidupkan jiwa
air itu berada di antara gaib dan nyata
berada antara ada dan tiada
seolah mendadak muncul sebagai mata air
dan air ini bisa muncul di dasar jiwa
dan dengan air ini akan menghidupkan hati yang kering dan mati
dan air inilah yang akan mencuci darah dan daging…
Dimanakah air suci ini?
Dan sucikanlah jiwa kita. semoga kita mampu menemukan air suci ini

Point 5: Surodiro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti

Point 5: Surodiro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti

OPINI | 06 November 2013 | 13:39
Mengarungi Badai Rasa

Betapa sering kita mengiba diri, melihat diri secara berlebihan
ketika kesulitan menghimpit, maka seolah dirinyalah yang paling menderita
seolah masalah dirinyalah yang paling berat
seolah masalahnya tidak akan mampu bila dialami oleh orang lain
selalu begitu adanya, selalu dirinya dan dirinya sendiri
aku … aku …diriku
iba diri yang berlebihan, rasa demi rasa yang seolah tak mampu ditanggung
begitu berat menekan, dada terasa sempit, ketakutan, kecemasan
duka cita, kecewa, tergesa-gesa, khawatir, keraguan, kegelisahan
rasa demi rasa yang begitu berat menekan, mencengkeram
menghempaskan dirinya tanpa ampun, tak bersisa, jatuh tersungkur tak berdaya
badai rasa yang mengharu biru
dan kita harus mengarungi badai itu … menempuh badai
terus bertanya: Kapan badai berlalu

yang diinginkan adalah terbebas dari itu, terbebas dari rasa itu semua
yang diinginkan adalah ketenangan, kedamaian, kebahagiaan
namun tiada juga pernah menghampirinya, bahkan semakin lama semakin berat
dan semakin bertambah berat, rasanya tiada mampu lagi hidup di dunia ini
maka seolah kematian saja yang akan menyelesaikan masalahnyaBisa saja seseorang saat ini yang sedang bahagiaakan tertawa mencibir dan mencemooh, mengejek,
namun besiap pulalah dia, ketika tiba saatnya, yaitu apabila seorang yang dia kasihi mengkhianati,
atau seorang yang dia cintai meninggalkan sendiri, atau mungkin saja dirinya tertimpa musibah
atau mengalami kehancuran, tertimpa masalah tiada jalan keluar, atau kesulitan apapun
maka akibatnya pada dirinya akan sama pula, tiada beda, dirinyapun akan terkapar dalam tangis.

derita…duka nestapa …. penderitaan…kesedihan…kedukaan.

betapa kita sering merasa seolah siap dan sanggup untuk bersabar, sanggup menghadapi derita
namun ketika kenyataan itu terjadi, tetap saja “rasa” yang hadir terasa menggerogoti jantung,
seolah terasa diremas-remas, ditarik, menyesak dan sangat menyiksa, jiwa terasa sempit, kecil dan terpasung
jiwa telah terpenjara dalam sempitnya raga.
badai rasa (derita) itu terasa sangat dahsyat dan meluluhlantakkan semua kesanggupan
Rasa-rasa derita ini sepertinya sudah sangat dikenali, sudah sangat biasa, dan kita mengerti
bahkan sering pula merasakan, namun bagaimana rasa sebaliknya?
apakah kita bisa mengenali lawan dari rasa tersebut, lalu apakah tingkat atau kualitas dari rasa itu
mampu menimbulkan dampak yang sama atau sebesar rasa negatif ini
atau bahkan mungkin jauh lebih kuat lagi.

Sebut saja rasa sebaliknya adalah
sabar, pasrah, berserah diri, tawakal yang akan dapat diamati dalam bentuk
rasa tenang
rasa damai, rasa teduh, rasa bahagia
dan puncaknya adalah rasa syukur.Mengamati rahsa-rahsa
Rasa-rasa diatas dibangun seperti membangun kahyangan, atau kahyangan rahsa-rahsa
yaitu kahyangan rahsa imankahyangan rahsa pasrah, kahyangan rahsa sabardan kahyangan
rahsa tawakal
. Kahyangan rahsa iman telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Bagian ini sebetulnya akan mencoba menjelaskan tentang membangun kahyangan rahsa-rahsa,
yaitu rahsa pasrah, rahsa berserah diri, rahsa sabar dan rahsa tawakal.
Rahsa-rahsa ini sangat aneh, sepertinya sangat kita kenal, seolah sangat dimengerti, dan sangat diketahui,
namun terasa sangat ajaib, yaitu ketika realitas rahsa negatif yang muncul, kita berpendapat seharusnya rahsa ini
akan mampu menghadapi apapun yang terjadi, tetapi nyatanya tidak.
Betapa sangat berat menghadapi hantaman badai kehidupan. Segenap rahsa ini seolah menjadi tiada daya
dan tiada guna. Rahsa sabar hanya menjadi hiasan bibir, demikian pula rahsa yang lainnya.
Bagaimana manusia mengenali rasa dan rahsa?
Manusia secara garis besarnya dibagi menjadi dua hakekat:
nafs dan ruh
sedangkan nafs itu meliputi:
- Tubuh/raga
- Hawa atau yang teramati adalah rasa
sedangkan ruh itu juga meliputi dua hal
- Daya hidup atau gerak atau energy yaitu kemampuan menggerakkan raga, juga kemampuan menggunakan hawa, kemampuan merasakan
-      Kesadaran yaitu meliputi akal jasmani dan akal ruhani, kemampuan belajar, kemampuan mengenal, mengamati dsb.
(Catatan: Definisi di atas ini hanya untuk menyederhanakan masalah atau apa yang akan dibicarakan berikut ini).
Ketika bicara rasa, maka kita harus membicarakan indera perasa,
indera perasa sangat sensitive namun juga “subyektif”.
Ketika baru tiba dari tempat yang sangat panas ke tempat udara “normal”, dia akan berkata dingin
Namun ketika datang dari udara dingin, kita akan berkata “panas”.
Maka indera perasa perlu diasah dan dipertajam, agar mampu lebih “obyektif”.
Ketajaman indera perasa inilah yang perlu di asah
yaitu dengan mencoba “berbagai rasa” seperti misalnya mencoba berbagai macam  rasa buah-buahan
Mengasah indera perasa jiwa yaitu dengan
mengamati bermacam-macam rasa yang melanda jiwa,
senang, sedih, kecewa, duka dsb.
agar mampu membangun referensi “rasa” dari pemahaman yang benar, terutama yang berasal dari pengalaman.
sehingga indera perasa jiwa akan lebih “obyektif”.

Tentu saja sulit untuk mengerti perjalanan rasa yang sangat luar biasa dan demikian pula pastikita
tidak akan mampu mengalami perjalanan rasa ini satu demi satu.
Kisah tentang ini referensinya ada dalam Al Quran, yang membicarakan tentang ciri-ciri
Dan keadaan orang-orang yang mengalami rasa demi rasa  ini. Rasa menentang, rasa patuh, munafik, kafir dsb.
Itulah Al Quran, yang hampir sebagian besar berisi kisah-kisah nyata jaman dahulu
Yang menceritakan tentang rasa, kisah-kisah dalam Al Quran inilah yang harus dijadikan “referensi”.
memahami tanpa perlu mengalami menjadi seorang munafik, atau menjadi kafir, misalnya,
karena Al Quran telah menjelaskan secara detail rasanya menjadi munafik dan kafir.
Itulah keyakinan, dan semua ini ada dalam koridor keyakinan. Itulah gunanya menumbuhkan keyakinan.
Perjalanan jiwa, mensucikan jiwa, mengolah rasa jiwa manusia ini dalam pepatah lama jawa
bisa dikaitkan dengan pepatah:
“Suro diro jayaningrat, lebur dening pangastuti” atau dalam bahasa Jawa kunonya “Sura sudira jayanikang rat, swuh brastha tekaping ulah dharmastuti”
Kata-kata yang mendasari kalimat “Surodiro Joyoningrat, Lebur Dening Pangastuti”
semuanya mengandung sifat-sifat yang ada di dalam diri manusia.
arti kalimat “Surodiro Joyoningrat, Lebur Dening Pangastuti adalah
Semua Keberanian,
Kekuatan,
Kejayaan,
dan Kemewahan yang ada di dalam diri manusia
yang menimbulkan kerusakan, ketakaburan, kelicikan dan angkara murka
akan dikalahkan, dihancurkan oleh
Kebijaksanaan,
Kasih Sayang,
dan Kebaikan yang ada di sisi lain dari manusia itu sendiri.
Point 5: Kenali sisi rasa baik dalam jiwa kita sendiri
sisi baik ini akan selalu mengalahkan sisi buruk
referensi rasa-rasa jiwa ini dijelaskan oleh semua agama.
Agama bertujuan untuk mensucikan jiwa manusia
Menguatkan sisi jiwa yang baik dan meredam sisi jiwa yang buruk.

Point 4: Ojo ngeroso biso, tapi biso~o ngeroso

Point 4: Ojo ngeroso biso, tapi biso~o ngeroso

OPINI | 06 November 2013 | 12:36
Perubahan rasa
perubahan rasa inilah yang menyebabkan “rasa nikmat” atau rasa “derita”. Rasa derita sebelumnya hanyalah
sebuah rasa yang timbul ketika “tiada nikmat” atau “pengingkaran nikmat” atas perubahan yang terjadi
seorang yang kehilangan sepuluh juta rupiah, akan merasakan derita yang luar biasa ketika mengingkari “nikmat”
atas kehilangan uang itu, namun bisa jadi justru menimbulkan rasa bahagia yang luar biasa ketika
ada persepsi bahwa merelakan itu adalah bagian dari “penyucian dosa” atau penyucian jiwa
rasa sakit yang merupakan kehilangan rasa sehat, rasa miskin yang merupakan kehilangan rasa memiliki
atau rasa apapun, ketika kita berada di rasa itu, sebetulnya tidak akanmenimbulkan efek
yang menimbulkan efek ini adalah dimana kesadaran kita hadapkan, yaitu dihadapkan kepada sesuatu
atau secara sederhananya ketika ada pembanding. Yaitu membandingkan keadaan rasa saat ini
dengan keadaan rasa sebelumnya
Kalau keadaan rasa saat ini positif dan sebelumnya negatif maka akan nikmat, dan juga sebaliknya
ketika rasa yang ada saat ini negatif dan sebelumnya positif maka akan timbul derita.
Proses menghadapkan rasa inilah yang sering menjerat manusia ke dalam “derita”, yaitu proses mengandaikan
proses membayangkan, proses mengkhayalkan kejadian-kejadian yang belum terjadi dan kemungkinan terjadi
ketika membayangkan kemungkinan rugi atau diecat dari pekerjaan. Kondisi saat ini positif dan telah membayangkan
rasa rugi atau dipecat ini yang negatif maka kita akan merasakan derita di saat ini, rasa was-was, rasa khawatir
atas sesuatu yang belum terjadi
Membayangkan anak sakit, membayangkan masalah yang akan dihadapi, membayangkan kesulitan, membayangkan
kebuntuan hidup, membayangkan beratnya alan yang harus dilalaui, membayangkan apa saja yang negatif
maka seolah jiwa telah merasakan “siksa” atau “derita” atau “neraka” walaupun semua hal itu belum terjadi.
namun rasa yang ada adalah sebuah realitas yang sudah harus dihadapi saat ini. Karena perubahan dalam sekian detik
di alam jiwa dari positif ke negatif telah menimbulkan residu negatif dan rasa yang dialaminya adalah derita
maka berhati-hatilah dalam menghadapkan kesadaran (membayangkan/mengkhayalkan/mengangankan dsb).
Point4: Gunakan rasa, rasakan diri sendiri, rasakan alam, dan rasakan semuanya
gunakan semua indera perasa untuk merasakan seluruh gerak alam

Point 3: Sejatining Roso-roso Sejati

Point 3: Sejatining Roso-roso Sejati

OPINI | 06 November 2013 | 12:30
Nikmat yang dilupakan
seorang yang merasakan sakit dan mendadak sembuh akan merasakan nikmat yaitu sembuh atau sehat
seorang miskin yang mendapatkan uang akan merasakan nikmatnya kaya atau nikmatnya memiliki uang
seorang yang terkurung dalam penjara akan merasakan nikmatnya bebas ketika dibebaskan
perubahan rasa inilah yang menimbulkan “rasa nikmat”
seorang yang dalam keadaan sehat terus, akan kesulitan merasakan sehat sebagai nikmat
nikmat sehat baginya telah terlupakan, tidak disadarinya atau bahkan didustakan olehnya
baginya adalah sebuah kewajaran untuk sehat karena dia telah berusaha dengan kemampuannya
menjaga diri, berolah raga, makan makanan bergizi dan lain sebagainya
sehat adalah sebuah keharusan dan sebuah kepastian baginya
dia tidak pernah merasakan hal itu sebagai sebuah kenikmatan
namun dia barulah akan merasakan kehilangan ketika nikmat itu lenyap darinya
dia barulah merasakan betapa nikmatnya sehat itu ketika sehat hilang darinya
dia baru menyadari arti “nikmat” nya sehat ketika terjadi perubahan rasa
yaitu dari sehat menjadi sakit, dan begitu pula sebaliknya
ketika dari sakit menjadi sehat, diapun mampu memahami arti nikmatnya sehat
jadi perubahan “rasa” ini untuk mengingatkan manusia tentang “makna nikmat”.
Seorang yang terkurung dalam penjara yang sempit dan gelap
akan membayangkan dan mengkhayalkan nikmatnya udara pagi,
nikmatnya kehangatan sinar matahari pagi, nikmatnya kebebasan
sebuah kenikmatan yang merupakan surga baginya, kenikmatan yang tak dimilikinya
tapi coba tanya kepada sebagian besar diri kita saat ini, apakah benar?
apakah kita merasa nikmat dengan udara pagi?….
apakah kita merasa nikmat dengan kehangatan sinar matahari pagi?…..
apakah kita merasa nikmat dengan kebebasan kita di hari ini?….
apakah kita merasa nikmat dengan kecerahan sinar matahari yang bersinar?….
tanyakan pada diri sendiri dan jawab dengan jujur.
maka kitapun akan merasa segala sesuatu yang ada hari ini dan pagi ini adalah wajar
kejadian pagi ini biasa saja, segala sesuatu tidak ada yang istimewa.
berjalan sebagaimana halnya kemarin, teramat sangat biasa… tiada rasa nikmat
coba bayangkan anda yang tengah bebas saat ini harus terperosok di dalam lubang
dan tidak mampu keluar, dua atau tiga hari, seolah tiada harapan untuk keluar
dalam gelap dan pengapnya udara gua tanpa harapan, tiada siapapun … tiada pertolongn
perubahan kondisi rasa ini akan memunculkan pemahaman yang luar biasa
akan rasa nikmat yang terlupakan yang tak disadari sebelumnya atau nikmat yang didustakan
yaitu: nikmat kebebasan, nikmat udara segar, nikmat cerahnya matahari pagi.
masih sangat banyak contoh yang mampu disandingkan dan mampu dihadapkan
ke hadapan kita, bagi mereka yang telah melewati rasa ini, maka akan mampu merasakan nikmatnya itu
atau bagi mereka yang telah kehilangan rasa ini, maka mereka mampu mengerti betapa berharganya dan nikmatnya itu
- coba tanyakan kepada seorang tua yang telah ringkih dan lemah, bagaimana nikmatnya masa muda
- coba tanyakan kepada seorang yang tengah sakit parah, bagaimana nikmatnya sehat
- coba tanyakan kepada seorang yang mendadak lumpuh, bagaimana nikmatnya berjalan
- coba tanyakan kepada seorang yang mendadak buta, bagaimana nikmatnya penglihatan
- coba tanyakan kepada seorang tiba-tiba tuli, bagaimana nikmatnya musik dan suara
- coba tanyakan kepada yang sedang kelaparan, bagaimana nikmatnya makanan
- coba tanyakan kepada yang insomnia, bagaimana nikmatnya tidur
- coba tanyakan kepada mereka yang tiada kasih sayang dan terasing, bagaimana nikmatnya persaudaraan dan cinta kasih
- coba tanyakan kepada pejalan di gurun pasir, bagaimana nikmatnya angin sejuk udara pegunungan
- coba tayakan kepada yang membeku di dinginya udara salju, bagaimana nikmat dan hangatnya rumah dan selimut tebal
- coba tanyakan kepada seorang yang kehilangan yang dikasihi, bagaimana gembira dan bahagianya hidup bersama yang terkasih
- coba tanyakan kepada orang yang baru kehilangan ……
- coba tanyakan kepada orang yang tak memiliki…
- coba tanyakan kepada siapa saja ….
- coba tanyakan apa saja
coba tanya kepada diri sendiri
apa saja yang dimiliki
apa yang yang tak dimiliki
apa saja yang belum dimiliki
apa saja yang ingin dimiliki
apa saja yang telah kehilangan
cobalah amati
cobalah lihat sekeliling
coba rasakan
coba rasakan perubahan rasa
atas itu semua, coba amati
apakah sensasinya?
rasa akan berubah-ubah, tak menentu
senang sedih, gembira duka… bahagia derita
silih berganti … luar biasa
perubahan rasa inilah yang menimbulkan rasa nikmat
inilah kenikmaan bagi manusia: Perubahan atau pergerakan atau perpindahan
saat bergerak maka menimbulkan nikmat
saat berpindah maka menimbulkan nikmat
saat diam maka tiada rasa apapun
bayangkan orang yang berada di udara segar, maka rasanya biasa saja
namun tanyakan orang yang baru saja keluar dari kamar beku
dia akan berkata: hangat dan nikmatnya udara di sini
amati orang yang baru keluar dari kamar tungku api,
dia akan merasa kesegaran dan kenyamanan, nikmat yang luar biasa
coba amati rasa, ketika udara dingin lalu masuk ke bak air panas
betapa nikmatnya, namun setelah berada di dalam sekian lama maka rasa nikmat itu hilang
coba keluar dan kedinginan lagi, dan masuk ke bak lagi, maka terasa lagi nikmat itu
kenikmatan hanya terjadi sekilas atau sebentar, sehingga harus terjadi berulang-ulang
masuk dan keluar, lalu masuk lagi dan keluar lagi, karena ketika berada di dalam justru tidak lagi merasakan nikmat
coba amati saat makan atau minum.
saat nikmat hanya terjadi sekilas yaitu saat menelan, coba makanan tetap berada di mulut dan biarkan saja
satu jam, dua jam maka tidak ada rasa apapun, kilasan rasa nikmat hanya sekejap, sehingga kita memerlukan
pengulangan, makan dan makan, diulang dan diulang, terus menerus, ada dan tiada, proses kenikmatan yang sekejap
demikian pula dengan hal-hal yang negatif misalnya  rasa sakit,
ketika berada di sakit dan berada di posisi itu, disitu terus justru tidak lagi merasakan sakit,
namun yang sebetulnya sakit adalah rasa sakit yang berulang-ulang
sakit lalu sembuh dan mendadak sakit lagi, contohnya orang yang pernah merasakan sakit gigi
tentu mengerti dan tahu apa sakit itu, saat menunggu denyut kesakitan berikutnya adalah siksaan yang luar biasa
ketika sudah sakit dan tidak ada jeda lagi, maka justru terasa biasa, namun denyut sakit sembuh dan sakit lagi
berdenyut terus menerus adalah sebuah perubahan yang menyiksa
Point 3: Perhatikan rasa, amati, berada di atas rasa, memahami apa itu rasa
berada di luar dan berada di dalam
berada di atas dan berada di bawah
bersamanya dan di luarnya meliputi
Kenali rasa (jiwa/hati) maka akan mulai mengenali diri sendiri

Point 2: Cokro Manggilingan

Point 2: Cokro Manggilingan

OPINI | 06 November 2013 | 11:06
Apakah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya?.
Pasti kita akan berfikir: Akal
dan yang lainnya adalah: RASA
Meneruskan untuk mencatat apa yang ingin dituliskan
yaitu point 2:
hati sedang diperbudak utk memperturutkan rasa…
Bisa bantu saya???
Adakah manusia yang tidak diombang-ambingkan samudra rasa
adakah manusia yang tak terpengaruh emosi
adakah yang mampu tak memiliki jiwa?
Dan demikian pula adanya diriku
rasa ini akan selalu datang dan pergi
akan selalu dipergilirkan terus menerus
akan selalu berada dalam siklus
tak akan ada yang mampu menahan
seumpama malam meliputi siang
dan pagi akan datang mengganti malam
akan selalu berulang dari musim berganti musim
panas dingin, hujan kering
dan duania berputar atasnya
berputar atas waktu dan berputar atas musim
berputar atas semua perbedaan ini
Perputaran pada porosnya, poros kehidupan: COKRO MANGGILINGAN
Bagaimana agar tidak terluka oleh perputara gigi gerigi sang cokro
yang terus berputar?
jawabnya sederhana: Peganglah ujung senjata cokro ini
pegangan inilah yang menghubungkan poros perputaran cokro ini
sebagaimana kita terbiasa memegang mainan kincir angin kertas
saat anak-anak dahulu kala, bila kincir itu adalah baja tajam
maka perputaran roga gergajinya akan melukai tangan

Perputaran rasa adalah perputaran Cokro manggilingan dalam diri
ikuti saja dalam perputaran itu, namun tidak berada di dalam rasanya
ikuti saja pergerakannya tetapi diamlah dalam mengamatinya
jadilah pengamat atas rasa itu, jadilah pengendali
atau jadilah yang memegang atau yang meliputi rasa
….
Hati yang diperbudak?
Hati adalah selalu terbolak balik
seumpama simbol Yin Yang, Hitam putih
ketika kita berada di hitam, maka kita tak merasa hitam
dan ketika berada di putih maka tak merasa putih
namun ketika diluarnya, barulah kita melihat hitam dan putihnya
memahami dualitas dan paradoks dunia
barulah mengerti mana baik buruk
baik dan buruk ada dalam dimensi persepsi
diri sendiri dan orang lain yang menentukan koordinat itu
saat mampu menempatkan posisi diri (hati)
dalam setiap posisi negatif, selalu ada yang lebih negatif
dalam setiap positif ada yang lebih positif
letakkan persepsi pada tempatnya
tempatkan harapan semestinya
maka akan terasa posisi jiwa di saat ini dan harapan di hari esok
jangan mengharapkan yang tak mungkin
letakkan harapan dalam koridor kepastian
maka setiap pencapaian adalah sebuah kesuksesan
setiap kesuksesan adalah kenikmatan
kebahagiaan
sehingga setiap saat adalah kebahagiaan disini
dan di saat ini
karena kita akan selalu mampu melihat saat yang jauh lebih buruk di masa lalu
maka akan terasa bertapa beruntungnya saat ini
yang terbebas dari semua masalah di saat dahulu
betapa nikmat dan bahagianya saat ini..
dan akan selalu ada kemungkinan kebahagiaan di masa depan
karena kita tahu bahwa diri ini belum sempurna
dan akan selalu ada yang mampau lebih baik esok hari
dan esok hari akan lebih bahagia di banding hari ini
dan tahun depan akan lebih bahagia dari tahun ini..
dan setiap keadaan realitas yang terjadi
kita selalu mampu menempatkan posisi referensi jiwa
selalu ada yang lebih buruk dan tetap saja diri ini akan selalu bersyukur.
Point kedua:
Terima semua rasa apa adanya, terima perputaran rasanya, temukan sebuah rasa di atas semua rasa itu
yaitu sebuah fitrah, sebuah penerimaan, sebuah kesabaran, sebuah kerelaan, keridhoan
atas apapun yang tengah terjadi. Accept it!. Terima. Yakini bahwa itulah yang terjadi.
Ikuti cokro manggilingan rasa, namun berada di atas segala rasa, itulah KESADARAN.
sadari saja dan terima bahwa itulah yang terjadi disini dan di saat ini.
Jangan membandingkan dengan orang lain. Jadilah diri sendiri.
Mungkin dalam bahasa sekarang disebut: The power of now.
Apakah catatan ini semakin menjelaskan atau justru semakin membingungkan?.
entahlah…
terserah siapapun dirimu yang membaca
semua ada dalam referensi di dirimu
Ketika dirimu meyakini, saat ini saat paling bahagia
maka itulah realitasnya, walau banyak yang tidak percaya
demikian pula, bila saat ini yakin sedang menderita
maka sunguh dirimulah yang tengah menderita
walaupun semua orang menganggap biasa saja
Maka kenali referensi dalam dirimu
apa yang terfikirkan tentang tulisan ini?
apa yang terfikir tentang sang penulisnya?
apa yang terfikir tentang apa yang dituliskannya?
semua yang benar bagimu adalah apa yang ada dalam dirimu
semua yang berbeda dan tidak sesuai
selalu akan dianggap sebagai ’spam’ atau virus
yang harus segera dihapus dari hati dan fikiranmu
maka kenali saja dirimu
dan kau akan mengerti dengan sendirinya

Tags:


Point 1. Witing tresno jalaran soko kulino

Point 1. Witing tresno jalaran soko kulino

OPINI | 06 November 2013 | 17:19
Segala puji bagi Allah
Dialah pemilik segala urusan dan hanya kepadaNyalah semua urusan akan kembali..
Sebuah pertanyaan sederhana telah ditanyakan.
Sekilas sy mampu memahami makna tulisan anda, tp gimana cara nya menjadi khusyu’…?
Sedangkan hati sedang diperbudak utk memperturutkan rasa…


Bisa bantu saya???
……

Sungguh pertanyaan ini teramat sederhana, mudah, lugas dan langsung.
Namun pertanyaan semacam ini bergaung sepanjang masa, sepanjang zaman
melintas generasi ke generasi
melintas peradaban demi peradaban
memasuki rongga dada setiap manusia
tidak perduli kaya atau miskin
muda atau tua
bodoh atau pandai
terpelajar ataukah tak berpendidikan
pria atau wanita
suci ataukah hina
sama saja keadaannya
semua dalam tanya yang sama

lalu pertanyaan tersebut telah ditanyakan kepadaku?.
bagaimana pula aku harus menjawabnya
apa pula diriku ini, bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa
tak mengerti dan tentu saja tak bisa mengajari
aku hanya mencatat saja
mencatat apa yang terjadi pada diriku
dan berkisah
maka kalau anda bertanya padaku
jawabnya saya tidak tahu!
yang bisa saja ceritakan hanyalah pengalaman demi pengalaman
atau apa yang saya alami saja
silahkan dimaknai dan silahkan direnungkan
bukan saya yang akan membuat orang lain tahu dan mengerti
dan buka saya yang akan memberi pengajaran
saya berlepas diri atas itu
Dialah Tuhan yang yanga memberi pengarahan kepada
siapa akan dipilihNya dan kepada siapa pula akan dibuka hatinya
bagi saya sama saja, apakah ada yang bertanya ataukah tidak
apakah ada yang mengerti ataukah tidak
ada memahami ataukah tidak,
ada yang merasakan ataukah tidak
karena saya tidak memiliki sedikitpun kekuasaan atas itu
saya hanyalah menuliskan catatan atas apa yang saya rasakan semata
Pertanyaan itu sama dengan sebuah pertanyaan sederhana:
Ada yang bertanya bagaimana caranya bisa merasakan rasa cinta yang menggebu
yaitu kepada seorang pemuda itu atau pemudi ini

lalu apa yang bisa saya jelaskan dan sarankan untuk membuat seseorang jatuh cinta?
tentu saja ada ribuan saran yang bisa saya sampaikan untuk mendekatinya
ada banyak sekali metode agar semakin dekat dan dekat
namun rasa cinta itu akan tetap misteri…
entah darimana datangnya cinta
entah dari mana kemana perginya
setiap orang bisa belajar cinta
setiap orang bisa bicara cinta
setiap orang bisa mengajari cinta
tapi siapa yang bisa membuat “jatuh cinta” yang sebenarnya
Saya sandingkan saja sebuah pepatah bahasa jawa:
Witing treno jalaran soko kulino…
Awal permulaan cinta adalah karena mengenal
karena dekat, karena terbiasa
dan itulah awal permulaan saja
Atau pertanyaan lain:
Bagaimana caranya membuat diri saja hobby memancing
atau hobby main bola, merasakan betapa nikmatnya rasa memancing
dan betapa nikmatnya bermain bola
tentu saja saya bisa menceritakan sejuta kesenangan atau kenikmatan
atas rasa yang saya rasakan tentang hobby saya
tapi bisakah membuat orang lain menjadi hobby?
…Tidak…
Tidak mungkin!…
semua adanya adalah: POTENSI
semua ada dalam diri sendiri
potensi cinta adalah: BAKAT yang ada dalam diri sendiri
YAKINI lalu dekati
itu saja
YAKINI dan kenali
..
Semakin dekat
dan akhirnya: Semoga rasa itu datang dan dikenali
karena sebetulnya rasa itu sudah ada dalam diri sendiri
hanya tidak diketahui atau tidak dikenali saja…
Demikianlah rasa cinta atau hobby dianalogikan dengan khusyu’
jadi sebetulnya, kemungkinan anda sudah khusyu namun tidak sadar
karena anda membandingkan diri sendiri dengan orang lain
sebuah perbandingan yang tidak tepat.
Pointpertama:
YAKINKAN diri khusyu’ dan itulah Khusyu dalam ukuran dan keterbatasan diri
nikmati dan syukuri saja rasa itu.
Bersambung

Bagaimana Membuatku Mengerti

Bagaimana Membuatku Mengerti

Berjalan pelahan, menatap hamparan hijau lereng di antara sungai
dari kejauhan ditimpa kilaunya matahari
selalu saja mengingatkan akan senyum yang selalu lembut di bibirmu
sesegar tomat yang masak begitu ranum dan tipis dan halus
yang sering kau mainkan dan gigit saat bercerita
sorot matamu yang seteduh aliran sungai di kejauhan
Berjalan perlahan, menatap kejauhan
selalu mengingatkanku, kepadamu
pohon yang tegak kokoh di kejauhan sana
sepertinya mengingakan keteguhanmu
sendiri di hempas angin musim dingin
kokoh di bahar teriknya musim panas
kau tetap hidup dalam kerianganmu
lincah dan hidup dalam kehidupan dan dirimu

sering aku bertanya kepadamu
apakah yang membuatmu nampak begitu hidup dan berseri
saat kau ada di hadapanku
dengan lembut kau akan bercerita tentang indahnya alam
atau ketika kulihat begitu lincah dan gesitnya dirimu
berkejaran dalam kesulitan hidup yang tak kunjung usai
dan kaupun akan bercerita tentang kekuatan alam semesta
lihatlah batu karang yang penuh keteguhan
pandanglah makhluk lemah yang mempertahankan hidup
perhatikan tumbuhan yang tak mampu bergerak
dan mereka tetap dalam kekuatannya

dan aku tetap tak mampu mengerti tentang maksudmu
dan dengan lembut kau bernyanyi
tentang kasih ibu yang tak terhingga
hanya memberi tak harap kembali
bagai sang surya menyinari dunia
..
sepertinya aku setengah mengerti namun agak ragu
..
dan dengan senandung yang mempersona
kau nyanyikan lagu cinta
lagu tentang ibu, tentang ibu pertiwi
tentang kasih ibu, tentang kasih sayang alam
tentang kasih yang selalu ada di anatara kita
kita hanya perlu mendekap dan memeluk
dan hanyut dalam cinta yang sebenarnya
cinta yang bersumber bukan di alam ini
cinta yang berasal dari surga
yang meliputi seluruh alam semesta ini
begitu dekatnya cinta kasih itu
bahkan lebih dekat dari urat leher kita
dan kaupun hanya perlu menerimanya
itu saja…
semudah itu

sesederhana itu
..
dan kaupun akan hanyut dalam kebahagian cinta kasih
kebahagiaan tak bertepi yang berujud di alam gaib

….
dan kau berbisik lirih kepadaku:
namun sayangnya
kaupun akan mengabaikan itu
sekalipun itu kukatakan kepadamu
akan kau abaikan
sekalipun kuteriakkan kepadamu
akan tetap saja kau abaikan
..
sekalipun ku memohon kepadamu
tak akan kau perdulikan
..
sekalipun kuberlutut dan mengiba agar kau menerima
akan tetap kau campakkan itu
..bahkan kupaksa sekalipun
kau akan tetap mengingkarinya
karena bagimu: ini tak nyata
padahal suatu saat kaupun akan hilang
yang tersisa hanyalah cinta kasih itu
yang akan dikenang selamanya
Aku merindukan saat bersamamu

dan semua nasehat indahmu

Hening, di Indah Maha Karya Seni Semesta

Hening, di Indah Maha Karya Seni Semesta

OPINI | 01 December 2013 | 09:09

Tulisan ini mengalir menemuimu pada hari ini
saat langit biru gemerlap warna-warni benderang
oleh cahaya matahari yang tenggelam
malam akan segera menelan terang
kegelapan akan menyelimutinya
kegelapan untuk menutupi cahaya matahari
cahaya akan ter-cover sehingga tak akan sampai
cahaya saat ini masih ada namun bersisa warna-warni yang amat cerah
kemerahan yang menyilaukan, cahaya yang nampak teramat indah bagi mata yang memandang
dimanakah keindahan itu?
apakah di langit biru?
ataukah di warna-warni yang berkilauan?
tapi mengapa begitu banyak mata yang memandang
namun hanya sedikit yang merasakan keindahan ini?
sebagian besar tengah terbenam dalam derita dan permasalahan mereka masing-masing
apakah tak ada yang mampu membaca keindahan ini?
jadi masih ada artinya keindahan ini?
ataukah keindahan ini bermakna?
ataukah keindahan ini hanya bagi yang menyadarinya?
dimana letak keindahan senja ini?
apa di mata?, rasanya tidak disitu?
apakah di hati, juga bukan disitu?
lalu bagaimana kita bisa merasakan keindahan saat senja ini
lalu bisa berkata
Oh sungguh luar biasa indahnya senja ini
tak mampu kuutarakan dengan kata-kata
karena hanya mampu ku “rasakan” keindahan senja ini
anehna pula, ketika kukatakan tentang keindahan ini
sebagian besar yang membaca akan menganggukkan kepala
ya… langit saat senja memang indah…..
mereka semua mengakuinya
namun ada berapa diantara mereka
yang mau menunggu datangnya senja
lalu menangkap keindahan senja ini
padahal menatap keindahan senja ini menimbulkan rasa
yang teramat luar biasa, mempesona
membahagiakan, melegakan dan menentramkan
dimana sebenarnya “keindahan senja ini”
pertanyaan sederhana ini rasanya teramat sulit untuk dijawab
dicari kemanapun masih ada satu celah untuk mencari yang lain
yang pasti hanya satu saja:
Aku menyadari senja ini indah. Ya itu saja.
Bagaimana ini terjadi. Nah ini akupun bisa menjawab.
Karena aku mempunyai panca indera.
Mata, telinga, hidung, kulit dan lidah yang mampu
mendeteksi, melihat, memantau dan merasakan
sesuatu yang ada di sekitarku, sehingga nampak
dan sebuah gambar berada dalam fikiranku
lalu apakah selesai?
tidak juga karena kalau hatiku tengah sedih dan marah
akupun tidak akan perduli dengan hal-hal lainnya
aku hanya terikat oleh masalahku sendiri
hal-hal di luar diriku akan kusepelekan, kuabaikan
jadi hatiku harus tengah berada dalam netral
kondisi yang wajar untuk menerima dan berlaku
sebagai indera juga, untuk merasakan apa yang terasa
oleh panca indera (raga), jadi hati adalah panca indera jiwa
ketika panca indera jiwa tidak disibukkan oleh tugas lain
maka panca indera jiwa mampu menerima informasi
yang berasal dari panca indera raga
kerja sama antara panca indera raga dan panca indera jiwa
yang membentuk sebuah keseimbangan yang tepat
akan mampu membaca informasi yang nampak di hadapan
saat senja ini yaitu, sebuah keindahan saat senja.
Luar biasa …..
…………….. menakjubkan
hanya untuk membuat jiwa mengerti tentang keindahan ini
sebuah proses yang luar biasa tengah terjadi di alam semesta ini
Sang pencipata harus membuat banyak sekali dan sibuk sekali
mengatur agar muncul sebuah keajaiban yang terjadi saat senja ini
agar seorang manusia mampu mengagumi “kreativitas” dan “hasil karya”
yang menakjubkan dari Sang Pencipta ini
agar muncul sebuah keluhan lembut dari hati yang bening
“Maha suci Engkau Ya Tuhanku”
Tidak sia-sia Kau ciptakan semua ini
“Maha Agung Engkau yang menciptakan keindahan ini”
Aku memujiMu tanpa henti, kuucapkan segala puji syukur kepadaMu
telah memberikanku kesempatan melihat Maha KreasiMu yang tiada banding ini.
Luar biasa……
………………menakjubkan
namun berapa banyak manusia yang sadar dan mengerti ini
tetapi tetap saja Sang Pencipta tak henti-hentinya menyajikan keindahan ini
agar salah satu diantara maqkhlukNya mau diam dalam hening dan menyadari
ada sesuatu yang ingin dikatakan oleh sang Pecipta lewat karyaNya yang luar biasa
manusia menganggap biasa karena tak mau memikirkannya
dan terbiasa melihatnya dalam kehidupan sehari-hari