Minggu, 22 Desember 2013

Renungan Pujangga

RENUNGAN PUJANGGA
Mandalajati Niskala; Bandung, 1 Muharam 1996 M

Segumpal jiwa hilir mudik diantara dua bola mata yang terpejam.
Di pusat kesadaran terdiam tenang dan bukan lelah.
Jika saja bukan nafas mutmainah, maka akan timbul gundah.

Saat itu senyap suasana.
Karena jiwa meresap kedalam alam.
Di atas langit bertaburan kalam-kalam.
Yang ditangkap dengan fikir dan itibar.

Rupanya ku tahu sekarang ini,
Jiwa adalah paduan.
Jantung . Hati. Paru-paru yang diikat oleh darah.

Akal adalah terminal dimana jiwa tertahan.
Fikir adalah perbuatan dimana akal bekerja.
Ilmu adalah kesimpulan dimana fikir teruji.
Hakekat ilmu adalah kebenaran.
Dia tersimpan pada gudang-gudang Tuhan.

Otak adalah kerajaan dimana jiwa bertakhta.
Jasad adalah babu dimana otak menyuruh.
Jiwa pejabat kehidupan dalam jasad.
Jiwa yang tenang sarat dengan suara Tuhan.

Dia pujangga islam.
Menyinari dunia dengan kata.
Pujangga adalah ulil albab.
Jiwa bertuah dengan kata yang mudah.
Agar puisi dapat menyinari kaum papa.
Dan mustadafin yang tak mengerti bahasa syair.

Tak ada.
Alunan bimbang dan sia-sia yang haram dalam agama.
Puisi bukan keserakahan.
Dari petualangan jiwa yang sasar.
Bukan pelampiasan.
Bukan balas dendam situasi hati.

Puisi adalah alam yang meresap kedalam jiwa.
Yang ditangkap tenaga fikir dan itibar.
Lalu dengan kata.
Memuntahkan kemaslahatan.
Puisi adalah ibadah,
Di akhir kemudian diminta peranggungjawaban.

Bandung,
Mandalajati Niskala
50 Puisi Filsafat Gelombang Baru
__________________________


http://serbamikir.wordpress.com/2012/09/20/apa-itu-manusia/

Tidak ada komentar: