Minggu, 22 Desember 2013

Dalang Dalang

DALANG-DALANG
Mandalajati Niskala; Bandung, 30 Sept. 1999

Si Pandir dan si Bandit berarak-arak memecah kesunyian.
Huru-hara dipelihara menjadi aset media masa.
Bahkan kalau bisa diciptakan sekalian.

Dibelakang meja naga bertolak pinggang.
Mengulum senyum tak nampak menyuruh atau merayu.
Bahkan seolah terancam dijarah dan diperkosa.

Si Pandir dan si Bandit menjadi boneka penumbang sepanjang masa.
Membakar rakyat menciptakan hingar bingar.
Boneka-boneka bodoh.
Nanar tak sadar.
Bercuap katanya murni.
Tak ditunggangi.
Tak dikendali.

Dalang-dalang bertingkat-tingkat mengawal cerita penumbang tahta.
Amerika mafia zagat menyiapkan tangan baja.
Adalah dalang kedzoliman yang menakutkan.

Yahudi meracik taktik.
Dalang dibelakang layar.

Naga jahat saudagar Asia sebagai dalang utama
Pemberi upah semua dalang.

Mas media yang dibayar.
Menyiapkan naskah panas membara mendalangi suasana.

Bandit-bandit politik.
Si dalang lengah yang ambisi kekuasaan.

Si Pandir dan Kutu Kupret.
Dalang emperan paling merugi digaris depan, Menjadi umpan.
Tak dibayar dan hanya haus pujian.

Intelektual pembela rakyat dalang-dalangan.
Pahlawan penakut beraninya berkerubut.

Si Pandir, si Bandit dan dalang lainnya.
Meluluh lantakan Negeri ini.
Namun anehnya tak tahu malu.
Mendapat gelar pahlawan pembela rakyat.

Naga-naga jahat pengeruk harta,
Menggauli Bandit si dalang lengah jadi juragan.
Agar kelak lapangan harta terbuka lunak.

Setiap jaman cerita lama seperti ini berulang-ulang.

Perhatikan !
Kelak si dalang lengah pemilik tahta jadi pecundang.
Saat pulih ingatan dan kesadaran.

Si Pandir dan Bandit baru dibangkit lagi.
Manata naskah penumbang dasyat.
Bergerak menuruti kabar angin multi media.

Cerita dan sengsara berulang-ulang tak berubah
Jika naga tak dicegah.
Atau bangsa tak pernah sadar.
Hadirnya tangan Tuhan di bumi ini.
Yang mampu menghajar lebam si naga jahat.
Dan menyumbat akal jahat ular berbisa.
Seperti dijaman rasul dan para sahabat.
Dan Tuhan menjadi dalangnya.

Bandung,
Mandalajati Niskala
50 Puisi Filsafat Gelombang Baru

http://galuhkiwari.wordpress.com/2011/04/21/ruhsiyah-jelema-manusa/

Tidak ada komentar: