Rabu, 12 November 2014

Akhir Baik?

Dikisahkan bahwa suatu malam Sultan Murod Ar-Rabi' mengalami kegundahan yang sangat, dan dia tidak mengetahui sebabnya.

Maka  Sang Sultan memanggil kepala penjaga/ sipir dan memberitahukan tentang keadaannya yang sedang gundah, dan memang merupakan kebiasaan Sultan bahwa dia sering memeriksa keadaan masyarakat/ rakyatnya secara sembunyi-sembunyi.

Maka Sultan berkata kepada Kepala Sipir;
"Mari kita keluar, jalan-jalan di antara penduduk (guna memeriksa dan memantau keadaan mereka)."

Mereka pun berjalan hingga sampailah di sebuah penghujung desa, dan Sultan melihat seorang pria tergeletak di atas tanah. Sultan menggerak-gerakkannya (untuk memeriksa) dan ternyata pria tersebut telah tewas.

Namun anehnya orang-orang yang melintasi dan berlalu lalang di sekitarnya tidak memperdulikannya.

Maka Sultan pun memanggil mereka, tapi mereka tdk mengetahui Sang Sultan,
Mereka berseru: "Ada apa?"
Sultan: "Kenapa pria ini tewas dan tidak seorangpun yang membawanya? Siapa dia? Dan di mana keluarganya?"

Mereka berujar: "Ini orang zindiq, suka minum khomar, pezina."

Sultan menimpali: "Namun bukankah dia dari golongan umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam? Ayo bawa dia ke rumah keluarganya."

Maka mereka pun membawanya.

Ketika sampai di rumah, istrinya pun melihatnya dan langsung menangis.
Dan orang-orang pun mulai beranjak pergi, kecuali Sang Sultan dan Kepala Sipir.

Di tengah tangisan si wanita (istri si mayit), dia berseru kepada Sultan (namun wanita tsb tidak mengetahuinya): "Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah, aku bersaksi bahwa engkau sungguh wali Allah."

Maka terheranlah Sultan Murod dgn ucapan wanita tsb, dan berkata: "Bagaimana mungkin aku termasuk wali Allah sementara orang-orang berkata buruk terhadap si mayyit, hingga mereka enggan mengurusi mayatnya." (Sultan merasa heran, bagaimana mungkin seorang zindiq ditolong oleh wali Allah)

Wanita pun menjawab: "Aku sudah duga hal itu. Sungguh suamiku setiap malam pergi ke penjual arak/ khomar lantas  membeli seberapa banyak yang dia bisa beli, kemudian membawanya ke rumah kami dan menumpahkan seluruh khomar ke toilet, dan dia (suami) berkata: "Semoga aku bisa meringankan keburukan khomar dari kaum muslimin."

Suamiku juga selalu pergi kepada para zaniah/ pelacur dan memberinya uang, dan berkata: "Malam ini kau ku bayar dan jangan kau buka pintu rumahmu (untuk melacur) hingga pagi."

Kemudian suamiku kembali ke rumah dan berujar: "Alhamdulillah, semoga dengan itu aku bisa meringankan keburukannya (pelacur) dari pemuda-pemuda muslim malam ini."

Namun sementara orang-orang menyaksikan dan mengetahui bahwa suamiku membeli khomar, dan masuk ke rumah pelacur, dan lantas mereka membicarakan suamiku dengan keburukan.

Pernah suatu hari aku berkata pada suamiku: "Sungguh jika seandainya engkau mati, maka tidak akan ada orang yang akan memandikanmu, menyolatkanmu, dan menguburkanmu."

Suamikupun tersenyum dan menjawab: "Jangan khawatir sayangku... Sultan/Pemimpin kaum muslimin lah yang akan menyolatkanku beserta para ulama dan pembesar-pembesar negeri lainnya."

(Setelah mendengarnya) Sultan pun menangis lantas berkata: "Suamimu benar, Demi Allah aku adalah Sultan Murod Ar-Robi`, dan besok kami akan memandikan suamimu, menyolatkannya dan menguburkannya."

Dan diantara yang menyaksikan jenazahnya adalah Sultan Murod, para ulama, para masyayikh dan seluruh penduduk kota.

Maha Suci Allah, kita hanya bisa menilai orang dengan hanya melihat penampilan dan kulit luarnya dan kita pula hanya mendengar omongan orang.

Maka sendainya jika kita mampu bijak, kita akan memandang dan menilai orang dari kebersihan hatinya, maka niscaya lisan kita akan kelu membisu dari menceritakan keburukan orang lain...

Subhanallah...

*Sultan Murad IV adalah Sultan Khilafah Utsmaniyah ke-17 (1623-1640).
Dia hidup pada tahun 1021-1049 H (1612-1640 M).
Dia diangkat menjadi Sultan Kekhilafahan Utsmaniyah pada usia 11 tahun.
(Yandri ‭‭Effendi RekM‬and)

Senin, 10 November 2014

Ketetapan Hati

Ketetapan Hati - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Bertahun-tahun silam, ada seorang pemuda dari kota Malang Jawa Timur, berbekal pendidikan kelas 6 SD pun tidak tamat, dia mencoba mengadu nasib ke ibukota, sesampai di Jakarta dia mendapat pekerjaan sebagai seorang salesman di sebuah perusahaan sabun.

Saat itu, film-film action kungfu dari Hongkong dan Taiwan sedang gencar masuk ke Indonesia. Karena merasa punya bekal ilmu kungfu, body menawan dan wajah yang oke, pemuda itu pun punya mimpi dan mencanangkan tekadnya, ingin menjadi seorang bintang film laga di Indonesia. Pengorbanan yang tidak tanggung-tanggung-pun dilakukan dengan mengundurkan diri dari pekerjaannya. Namun sayang, nasib baik belum memihak kepadanya, kenyataan tidak seindah impian, kegagalan pun harus ikhlas diterimanya.

Waktu terus berjalan, kegagalan yang lalu tidak menyurutkan langkahnya. Impian menjadi bintang film tambah menguat, bahkan target lebih besar ditancapkan, yakni ingin menjadi bintang film kungfu di Hongkong, persiapanpun dilakukan dengan lebih baik, Dari latihan fisik lebih keras dan doa pun mengiringi surat lamaran dengan foto-foto action yang di kirim ke perusahaan Eterna Film di Hongkong.

Tidak beberapa lama kemudian, surat balasan datang, memberitahu bahwa ia diterima menjadi bintang film di Hongkong.

“Ya Tuhaaann… impianku jadi kenyataan!” teriaknya kegirangan. berita gembira itu pun langsung menyebar. Segala persiapan dia lakukan.

Saat menikmati kegembiraannya, tiba-tiba sebuah surat datang kembali. Beritanya sungguh menyedihkan. Akibat cuaca buruk yang berkepanjangan,terpaksa syuting film harus ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan…perasaan sedih spontan menyelimutinya..tubuhnya lemas, lunglai karena tid
... baca selengkapnya di Ketetapan Hati - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Kamis, 06 November 2014

Kebahagiaan

7 INDIKATOR KEBAHAGIAAN DUNIA

Ibnu Abbas RA menjelaskan, ada 7 indikator kebahagiaan dunia, yaitu:

1) Qolbun Syakirun, atau hati yang selalu bersyukur, artinya selalu menerima apa adanya (qona'ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur.

2) Al-Azwaju Shalihah, yaitu pasangan hidup yang shaleh/shalihah, pasangan hidup yang shaleh/shalihah akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sakinah.

3) Al-Auladul Abrar, yaitu anak yang shaleh/shalihah. Do'a anak yg shaleh/shalihah kepada orang tuanya dijamin dikabulkan ALLAH, berbahagialah orang tua yang memiliki anak sholeh/solehah.

4) Al-Biatu Sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita. Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang shaleh yang selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan bila kita salah.

5) Al-Malul Halal, atau harta yang halal, bukan banyaknya harta tapi halalnya harta yang dimiliki. Harta yang halal akan menjauhkan setan dari hati. Hati menjadi bersih, suci dan kokoh sehingga memberi ketenangan dalam hidup.

6) Tafakuh Fid-Dien, atau semangat untuk memahami agama,  dengan belajar ilmu agama, akan semakin cinta kepada agama dan semakin tinggi cintanya kepada ALLAH dan Rasul-NYA. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.

7) Umur yang barokah,  artinya umur yang semakin tua semakin shaleh, setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Semakin tua semakin rindu untuk bertemu dengan Sang Pencipta. Inilah semangat hidup orang-orang yang barokah umurnya. 

Semoga ALLAH SWT memberikan kemudahan kepada kita agar dapat  mencapai atau memiliki indikator-indikator tersebut. Aamiin

Selasa, 04 November 2014

Dimana aku berada?

Aku khawatir terhadap suatu masa yg rodanya dpt menggilas keimanan.

Keyakinan hanya tinggal pemikiran, yg tdk berbekas dlm perbuatan.

Banyak org baik tp tdk berakal, ada org berakal tp tdk beriman.

Ada lidah fasih tp berhati lalai, ada yg khusyuk tp sibuk dlm kesendirian.

Ada ahli ibadah tp mewarisi kesombongan iblis, ada ahli maksiat yg rendah hati bagaikan sufi.

Ada yg banyak tertawa hingga hatinya berkarat, ada yg banyak menangis karena kufur nikmat.

Ada yg murah senyum tp hatinya mengumpat, ada yg berhati tulus tp wajahnya cemberut.

Ada yg berlisan bijak tp tdk memberi teladan, ada pezina yg tampil menjadi figur.

Ada org yg berilmu tp tak paham, ada yg paham tp tdk menjalankan.

Ada yg pintar tp membodohi, ada yg bodoh tp tak tahu diri.

Ada org beragama tp tdk berakhlak, ada yg berakhlak tp tdk ber-Tuhan.

Lalu, diantara semua itu, dimana aku berada?

(Ali bin Abi Thalib)